What can Remote Sensing actually do?
Judul di atas merupakan pertanyaan dari sebagian kalangan yang masih asing ataupun untuk menjelaskan kepada penggiat Penginderaan Jauh yang belum terlalu dalam mempelajarinya. Berikut dijelaskan terlebih dahulu sebatas apa yang dikatakan Penginderaan Jauh.
Di dalam proses yang berujung dengan terciptanya sebuah Peta, penginderaan jauh berperan sebagai “Sumber Data”. Penginderaan Jauh dalam arti sebenarnya hanya sebagai penyedia data yakni berupa Citra yang berasal dari satelit dengan urutan prosesnya tentunya, sehingga dikenal dengan istilah “Citra Satelit”, namun tidak hanya sekedar menampilkan citra yang merupakan hasil dari perekaman, melainkan di dalamnya terdapat proses “Pengolahan dan Analisis Citra Digital” sesuai dengan keperluan sehingga pada akhirnya dapat dinikmati oleh si pembuat peta dalam berbagai tujuan.
Jadi, ruang lingkup Penginderaan Jauh yaitu:
1.Akuisisi Data (Download Citra Satelit) >> Data Mentah (Raw Data),
2.Pengolahan Data Mentah (Pra-Processing) >> kadangkala beberapa citra harus dilakukan tahap koreksi seperti Koreksi Geometri, Koreksi Radiometrik sehingga akhirnya dapat membentuk yang sebenarnya “Citra Satelit” yang memiliki nilai, bentuk dan posisi yang benar yang sesuai dengan permukaan asli bumi. Hasil dari ini sebenarnya sudah dapat digunakan untuk pembuatan peta dengan kenampakan umum permukaan bumi, namun ada saat dimana tampilan citra harus mengalami beberapa perubahan dikarenakan kondisi lingkungan dan keperluan yang berbeda-beda sehingga perlu dilakukan berbagai teknik dan metode.
Pengolahan dan Analisis Citra (Processing) >> tahap inilah yang memiliki paling banyak variasi dan pengembangan dengan teknik dan metodenya.
Pengolahan dan Analisis Citra
Citra satelit tersusun atas piksel-piksel dengan kenampakan berupa warna yang merepresentasikan objek di lapangan. Namun objek disini hanya tertampilkan secara umum mengikuti hasil dari pengolahan awal. Kita akan memerlukan sebuah variasi teknik dan metode untuk merubah tampilan citra tersebut, seperti pada umumnya yaitu ‘Komposit Warna/Band/Saluran”. Komposit band yaitu menggabungkan beberapa saluran dari suatu citra yang berpengaruh pada warna objek. Misalnya pada citra Landsat 8, dengan komposit 4-3-2 akan menghasilkan “True Color” yakni warna asli seperti permukaan bumi, vegetasi, sawah berwarna hijau, atap bangunan berwarna putih (untuk yang tidak memakai seng), atau merah (yang memakai seng/genteng), tanah liat berwarna cokelat, dan lainnya.
Namun bagaimana jika kita ingin mengetahui objek yang lebih dalam lagi yang tidak langsung tampak di citra, atau bahkan bagaimana kita tahu proses yang terjadi di suatu lokasi dari citra? Maka diperlukan suatu “Metode Pendekatan”. Inilah yang merupakan tahap untuk menentukan suatu kenampakan pada citra itu merupakan objek apa di lapangan.
PENDEKATAN (APPROACH)
Inilah yang merupakan cara untuk menjawab pertanyaan dari judul di atas, apa yang dapat dilakukan oleh Penginderaan Jauh atau citra Penginderaan Jauh dalam mengidentifikasi objek atau bahkan kejadian di permukaan bumi? Jawabannya yaitu dapat melakukan banyak, namun tetap menggunakan pendekatan secara spasial menggunakan bantuan GIS.
Seperti menentukan “ini merupakan objek A, ini objek B, ini kandungannya terdiri dari C,D,E, dan ini kejadiannya karena proses F,G,H,I dan seterusnya. Kita tetap harus menghubungkan segala objek yang tampak dari citra melalui berbagai jenis teknik pengolahan citra dengan sudut pandang Geografinya (GIS) melalui analisis spasial. Analisis dalam hal ini, tidak hanya melibatkan kecakapan teknis dalam menggunakan perangkat lunak GIS melainkan kita dituntut untuk berpikir secara spasial (Spatial Thinking ) sehingga dapat ditemukan informasi yang ingin dicari dari suatu permasalahan.
Contoh singkatnya, dari citra penginderaan jauh, khusunya citra resolusi tinggi seperti Geo-Eye, dapat menemukan daerah di kota yang rawan terkena Korona, bagaimana caranya? Dasar pengetahuan korona yaitu penyebarannya terjadi di dalam keramaian yang terdapat banyak aktivitas yang bisa kontak langsung antar masyarakat. Tentu saja dari citra resolusi sangat tinggi seperti Geo-Eye, terlihat jelas pemukiman hingga satu rumah, berarti kita bisa juga mencari kawasan-kawasan yang menjadi tempat keramaian, seperti Pasar, Stasiun kereta api, kantor pelayanan, terminal, pemukiman padat penduduk, dan lainnya. Maka ditemukanlah potensi penyebaran korona disuatu kota dimana saja.
Berikut beberapa contoh kasus singkat identifikasi suatu masalah melalui pendekatan penginderaan jauh:
1.Penentuan lokasi rawan longsor, menggunakan pendekatan identifikasi kemiringan lereng, yang digabung dengan identifikasi tutupan lahan, data curah hujan, sehingga diperoleh lokasi mana saja yang rentan terhadap bencana longsor.
2.Daerah rawan malaria di kawasan kota, tentukan jenis Penggunaan Lahan dari citra, pilih penggunaan lahan berupa sawah ataupun lahan basah, maka potensi paling besar penduduk terkena malaria di daerah yang dekat dengan lahan basah.
3.Penentuan lokasi terbaik untuk pembuatan kebun kelapa sawit, ekstraksi data elevasi dan bentuklahan dari citra, karena bentuklahan seperti undulating atau datar lebih baik untuk pertumbuhan sawit, kemudian ekstraksi aliran sungai besar dan alur kecil atau pola aliran dari citra agar memenuhi kebutuhan sawit akan air, perhitungkan jarak sungai dengan pohon, agar kebun selalu dipasoki air.
4.Kawasan penduduk pesisir yang rawan terkena banjir rob, gunakan citra MODIS yang memiliki kemampuan dalam perairan laut lepas, kemudian dapat menggunakan data LIDAR atau data DEM, lokasi bangunan, sehingga dapat dilihat kawasan bangunan mana saja yang berada pada dataran rendah sehingga diketahui potensinya mengalami banjir.
DAN LAIN SEBAGAINYA….
Berikut contoh studi di bidang geologi untuk mengidentifikasi litologi menggunakan pendekatan Penginderaan Jauh
1.Untuk mengetahui kejadian tektonis di masa lampau, jenis litologi dan usia lapisan batuan.
Dalam kasus ini, citra diolah untuk tujuan geologi, yaitu menggunakan citra Radar(Sentinel-1A), kemudian diberikan filter untuk menghasilkan pola-pola struktur geologi.
Misalnya untuk menentukan arah penunjaman lempeng ke benua, kita bisa menginterpretasi sesar dan lipatan, jika pola lipatannya ke arah barat laut-tenggara, maka diasumsikan bahwa arah penunjaman datangnya dari arah barat daya – timur laut. Kemudian ditambah dengan data-data hasil interpretasi sesar yang berhubungan dengan terbentuknya pola lipatan.
Penentuan usia lapisan batuan, dapat diperoleh dari citra radar yang hanya hitam putih tanpa harus dilakukan komposit warna, yaitu dengan cara melakukan pendekatan melalui rona warna atau tingkat kecerahan objek yang dalam hal ini batuan.
Pada gambar di atas, kita dapat melihat batas-batas dari bentuklahan yang menandakan pola perlapisan suatu bentuklahan sampai perlapisan batuan dari sisa pola lipatan yang telah mengalami pengikisan.
Litologi juga dapat diketahui dari citra radar dengan gabungan beberapa teknik identifikasi bentuklahan, pola aliran, ketinggian, tutupan lahan dan struktur geologi yang semuanya langsung dapat langsung diperoleh hanya mengandalkan citra satelit. Dalam hal ini, kita memerlukan kemampuan berupa wawasan dasar mengenai geologi atau yang dinamakan Basic Knowledge dan Local Knowledge (dapat dibaca disini).
Ketika terdapat bentuklahan yang berbentuk V memiliki ciri khas pola aliran dendritik kasar,berada di ketinggian relief tinggi, berwarna cerah dan memiliki tutupan lahan hutan, maka berdasarkan ciri yangditemukan murni dari citra radar, dapat diasumsikan bahwa litologi di daerah tersebut tersusun dari batupasir.
Kesimpulan dari penjelasan semua di atas, maka secara umum Penginderaan Jauh dapat melakukan banyak hal yang berkaitan dengan permukaan bumi terutama, akan tetapi tidak dapat langsung menemukan suatu objek atau tujuan yang ingin dicari, melainkan harus melakukan beberapa pendekatan yang juga membutuhkan data tambahan dari luar penginderaan jauh yang berkaitan dengan tujuan yang ingin dicapai.
Sekian