Mengenal Seorang Guide Berdarah Pribumi

Bagi anda yang ingin mendaki Gunung Kinabalu, hanya sekedar informasi bahwa membayar untuk Guide merupakan kewajiban dalam pendakian tersebut. Namun dalam post kali ini, bukan menginformasikan tentang skema paket pendakian Gunung Kinabalu, melainkan lebih ke sisi seorang Guide yang telah mengawal kami selama pendakian di Kinabalu Mountain kemarin.

Untuk pendakian ke Gunung Kinabalu, kita memang diharuskan untuk membayar biaya Guide, satu orang guide diminta biaya 230 RM. Satu orang guide dapat menampung maksimal 5 orang dewasa.

Saat kami telah membayar biaya Guide, kami menanyakan “guide kami yang mana”, kemudian petugas disana menunjukkan ke arah luar kiri kami, ternyata guide kami sudah menunggu kami.

DSCN0075

Tugas seorang guide dalam kasus ini yaitu mendampingi para peserta pendakian dari titik start, puncak dan sampai kembali ke titik/finish dan juga menjelaskan segala yang ditanyakan para peserta selama pendakian mengenai Kinabalu atau apapun yang berhubungan dengan ini.

Pertama kami melihat penampilan wanita ini, kami seperti tidak yakin dan kurang beruntung mengapa kami dapat Guide yang seperti ini. Ya, tapi itu merupakan tebakan yang benar-benar salah. Saya akui kami pas mendapat Guide seperti dia.

Nama guide kami adalah Veronica. Dia adalah seorang wanita tua berdarah Dayak. Saat masih 1.5 km berjalan, dari Timpohon Gate menuju pos ketiga yaitu Pos Kandis, dia berjalan jauh di belakang kami. Selanjutnya kami mulai setara berjalan dengannya. Aku lihat kecepatannya konstan/tetap, kecepatannya tidak berubah, atau dia dapat menyeimbangkan alur berjalannya, kalau kami dimana mau cepat disitu lah kami cepat, jika agak lelah sedikit, jalan kami menjadi lambat.

Saat sedang berisitirahat di Pos 3, agak sedikit lama. Karena penasaran dengan guide ini, saya menanyakan identitas dia sedikit demi sedikit. “how old are you”, saya tanya. Kemudian dia menyuruh kami menebak usianya. Saya bilang 45. Kemudian jawabannya, “terima kasih sudah membuat saya menjadi lebih muda, karena usia saya jauh di atas 45”, jadi kami tanya berapa, ternyata usia dia yaitu 56. Ekspresi kami langsung waw mendengar usia dia yang begitu tua dan dilihat dengan aktivitas dia yang merupakan seorang guide yang paling sedikit dia naik kinabalu 2 kali sebulan. Jadi aku dan teman ku meminta kepada nya kalo kami memanggilnya Ibu saja karena memang postur usia dia seperti seumuran Ibu kami.

Saat kami dalam perjalan pendakian ini, kami sambil menanyakan nya tentang Kinabalu ini dan apapun yang di sekitarnya. Sembari menanyakan tentang itu, kami menanyakan tentang keprofesian dia. Ku tanyakan, sejak kapan dia menjadi seorang Guide di Gunung Kinabalu dan segala tentang pekerjaan dia ini.

Bu Veronica sudah menekuni pekerjaan seperti ini sejak tahun 1980 ketika usianya 20. Usia remaja seperti itu sangat tidak cocok dengan pekerjaan naik-naik gunung seperti ini. Namun di tahun tersebut dia belum menjadi seorang Guide seperti saat ini, dia masih menajdi seorang Porter. Aku tambah terkejut mendengar dia seoang porter. Saat itu, untuk Guide di Gunung Kinabalu belum diizinkan seorang wanita, seorang wanita hanya boleh menjadi porter. Kemudian pada tahun 2005, dibukalah pendaftaran dan pelatihan Guide untuk pendakian Kinabalu, dan bu Veronica beserta satu orang temannya yang sudah lama menjadi porter akhirnya menjadi Guide sekaligus Guide wanita pertama disini.

Lanjut dia menjelasan, mereka mengambil pekerjaan seperti ini karena memang jiwa mereka jiwa alam, mereka dilahirkan di kaki gunung ini, merekalah termasuk orang-orang yang mempertahankan daerah ini, mulai dari kebudayaannya, masyarakat, adat dan lain-lain. Untuk daerah mereka memang semenjak dilahirkan tergolong dalam keluarga yang kurang mampu, jadi ada pekerjaan seperti ini, langsung mereka jalani. Ditambah ibu veronica mempunyai banyak adik yang masih kecil-kecil yangmana dengan pekerjaan orangtuanya yang saat itu hanya berkebun tidak dapat mencukupi kebutuhan keluarganya. Menjadi porter sekalipun dia jalani. Itulah bu Veronica dan Guide serta Porter-porter lainnya.

Di akhir penjelasan, dia bilang bahwa jaman dulu wanita-wanita disini seperti kami masih mau bekerja yang seperti ini, kami sudah dilatih untuk kuat oleh alam disini, tidak seperti perempuan jaman sekarang yang mungkin tidak ada lagi yang mau bekerja seperti ini, perempuan sekarang kan lebih memilih bekerja di kantoran.

Sampai bagian itulah pertanyaan ku mengenai kehidupan Guide seperti bu Veronica dan selama perjalanan 2 hari di Kinabalu Mountain ini, yang sangat kami lihat dari dirinya yaitu sifat dia yang memang seperti seorang ibu di saat kami melakukan pendakian. Kami memang benar-benar merasa beruntung dan pas mendapat Guide seperti bu Veronica ini. Jika telat atau kecepatan mendaftar satu hari saja, mungkin Guide kami sudah sangat berbeda. He is like a Mother.

DSCN0134
DSCN0137
Foto bersama Bu Veronica di depan Penginapan Laban Rata

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *