Konsep Dasar Menghitung Jumlah Populasi Orangutan
Berkaitan dengan isu satwa liar yang terjadi di Indonesia seperti Orangutan, gajah, harimau, badak serta beberapa satwa penting lainnya, tentu saja tidak terlepas dari status “endangered spesies” yang semakin meningkat. Keberadaan satwa liar di tengah-tengah aktivitas manusia yang mengambil hutan sebagai lokasi mata pencaharian membuat mereka semakin perlu untuk dilindungi. Jumlah dari populasi satwa liar perlu diketahui karena akan diperlukan sebagai data awal dalam melakukan tindak lanjut kegiatan konservasi.
Tulisan kali ini akan membahas secara sederhana mengenai konsep-konsep dalam melakukan perhitungan populasi Orangutan.
Kegiatan menghitung populasi satwa liar seperti Orangutan semakin sering dilakukan di berbagai lokasi yang dihuni oleh spesies yang menghabiskan sebagian besar hidupnya di pohon tersebut. Perhitungan populasi Orangutan tentunya sangat penting untuk dilakukan di Hutan Produksi, Perkebunan, Hutan Industri dan sebagainya. Lalu sebaliknya, kegiatan ini jarang dilakukan di dalam kawasan hutan lindung, taman nasional ataupun suaka margasatwa karena kehidupan mereka yang stabil ketika berada di kawasan yang tidak berdampingan dengan kehidupan manusia sehingga keberadaan populasinya lebih mudah untuk diketahui.
Namun bagaimana caranya menghitung populasi pada satwa yang selalu bergerak dan bahkan berpindah tempat dalam jarak yang lumayan jauh seperti Orangutan ini? Parameter apa yang digunakan untuk mengetahui bahwa di suatu wilayah masih terdapat Orangutan?
Dalam kegiatan menghitung populasi Orangutan di suatu wilayah, cara yang dilakukan yaitu dengan “mengidentifikasi keberadaan sarang Orangutan”. Namun, tidak semata-mata menjadikan semua temuan tiap sarang Orangutan di lapangan dianggap sebagai satu spesies Orangutan. Oleh karena itu, dalam penentuan jumlah populasi Orangutan di suatu wilayah, dibutuhkan sebaran titik lokasi pengamatan yang banyak untuk pengambilan sampel berupa temuan sarang Orangutan, yang dalam kegiatan ini menggunakan “transek”.
Transek merupakan jalur berbentuk lurus untuk pengambilan data sarang Orangutan dan data tambahan lainnya seperti satwa lain seperti burung dan juga jenis vegetasi atau nama pohon. Dari transek inilah semua temuan diambil dengan merujuk pada jalur transek yang telah ditentukan lokasinya.
Pada gambar di atas, garis yg paling panjang adalah jalur utama transek yang kita telusuri, sedangkan garis-garis pendek yang tegak lurus dengan jalur transek merupakan jarak kita dengan titik temuan sarang yang berada di pohon. Kemudian, titik-titik kecil yang tersebar merupakan temuan sarang juga, namun tidak bisa dijangkau dari jalur transek, sehingga titik tersebut hanya diidentifikasi dari titik pertama kita menemukan sarang.
Selanjutnya, untuk sarang Orangutan sendiri, kita harus mengetahui terlebih dahulu kriteria dan jenis sarang dari Orangutan di tiap pohon. Hal ini akan digunakan untuk mengestimasi jumlah populasi Orangutan nantinya. Berikut penjelasan sekaligus contoh mengenai sarang Orangutan:
Posisi Sarang Orangutan
sumber: (Prasetyo D et al, 2009)
Gambar di atas menunjukkan pola dasar pada posisi sarang Orangutan di pohon. Umumnya terdapat 4 pola ditambah dengan satu pola yang tidak umum (pattern 0). Garis tegak pada tiap pola menunjukkan batang utama pada pohon, kemudian terdapat batang kedua atau batang kecil, serta sarang Orangutan (oval). Pada pola 1, sarang berada langsung di antara batang utama dan batang kedua. Lalu pola 2, sarang berada di ujung dr batang kedua. Pola 3, sarang berada di pucuk pohon. Pola 4, sarang terletak di antara 2-3 pohon yang digabungkan oleh Orangutan dengan menyambung tiap-tiap batang kecil dan rantingnya. Ditambah pola 0, yang berada di dasar tanah di sebelah pohon (pola ini sangat jarang karena Orangutan selalu memilih untuk tinggal di pohon agar terhindar dari binatang buas lain).
Nilai bobot pada posisi sarang tidak terlalu berpengaruh dalam menentukan sebaran populasi Orangutan. Satu parameter yang dapat digunakan untuk perhitungan populasi Orangutan yaitu Tipe Kelas berdasarkan Umur Sarang.
Tipe Kelas berdasarkan Umur Sarang
sumber: Rifai M et al.
Gambar di atas sangat terlihat jelas perbedaan tiap tipe sarang yang menandakan usia sarang Orangutan. Kita lihat pada Tipe A, sarang masih dipenuhi dengan dedaunan baru yang semuanya masih berwarna hijau, yang artinya sarang itu baru dibangun oleh Orangutan. Untuk Tipe B, masih ditutupi banyak daun, tapi sebagian daun sudah mengering atau berwarna cokelat. Lalu Tipe C, daun-daun kering yang cokelat tersebut sudah semakin berkurang dan menampakkan sebagian ranting. Lalu Tipe D, hanya menyisakan sedikit daun kering atau cokelat yang menampakkan hampir seluruh ranting, sedangkan Tipe E hanya tersisa ranting saja.
Dari perbedaan tipe sarang di atas, yang dapat dilihat dari kenampakan daun yang ada atau yang tersisa maka sangat berpengaruh besar dalam mengetahui keberadaan Orangutan di sarang tersebut atau di suatu pohon yang dapat digunakan sebagai data dalam menghitung populasi Orangutan di suatu wilayah.
Oleh karena itu, hal terpenting yang dilakukan ketika melakukan survey populasi Orangutan, proses identifikasi ini harus dilakukan secara menyebar (minimal dua tim) karena untuk memperoleh data di titik berbeda namun di waktu yang sama sehingga pada proses perhitungan melalui metode statistik nantinya, dapat diperoleh kemungkinan atau hasil prediksi dari temuan sarang Orangutan yang memiliki nilai akurat tinggi. Sebab, mungkin saja, ketika kita melakukan identifikasi di titik 1 oleh tim 1, dengan kemungkinan satu spesies Orangutan telah berpindah dari wilayah tersebut, yang baru saja meninggalkan sarangnya dan telah berpindah ke wilayah baru yang akan membuat sarang. Maka, hal ini akan memberikan data yang lebih akurat sehingga tidak terjadi data yang tumpang tindih atau nilai error yang tinggi.
Data tambahan seperti jenis vegetasi, jenis pohon, diameter pohon, tinggi pohon, tinggi sarang Orangutan dari dasar, serta data kondisi sekitar tetap perlu diambil karena untuk menguatkan hasil perhitungan serta menjadi kunci identifikasi sarang berikutnya dengan merujuk kepada hasil yang telah dilakukan sebelumnya.
Tulisan ringkas ini hanya sebagai konsep awal dari perhitungan populasi Orangutan melalui identifikasi sarang. Dengan mengetahui konsep ini diharapkan dapat menjadi pengetahuan dasar serta referensi untuk melakukan survey populasi Orangutan bagi yang baru pertama kali akan melakukannya.
Sekian dan Terima Kasih.
Referensi:
IUCN. 2008. Best Practice Guidelines for Surveys and Monitoring of Great Ape Populations.
Prasetyo, D., Anerenaz, M., Bernard, H.M., Utami-Atmoko, S.S., Wich, S.A., & van Schaik, C.P. 2009. Nest building in Orangutans. Orangutans: Geographic variation in behavioural ecology and conservation, 19, (pp. 269-276).New York: Oxford Univ. Press.
Rifai, M., Patana, P., & Yunasfi. Analisis Karakteristik Pohon dan Sarang Orangutan Sumatera (Pongo abelli) di Bukit Lawang Kabupaten Langkat.
Featured Image: allcreaturespod.com