Andrea Hirata vs Ahmad Fuadi
ANDREA HIRATA
Laskar pelangi yang merupakan novel pertama dari Tetralogi novel Laskar Pelangi merupakan novel sastra terlaris di Indonesia dari tahun 2006 sampai sekarang. Pria yang lahir di Pulau Belitong pada 24 oktober 45 tahun silam ini tidak hanya memberikan kisah-kisah kehidupan yang menarik dalam cerita laskar pelangi namun dia mengadaptasi novel tersebut menjadi berbagai bentuk seni lainnya misalnya seperti film, lagu-lagu dan drama musikal. Pembuatan karakter pada tokoh-tokoh laskar pelangi juga memang sangatr menonjol pada masing-masing tokoh.
Penggunaan alur maju mundur yang digunakan Andrea membuat pembaca jadi tidak bosan untuk menyelesaikan membaca ceritanya. Andrea sangat tepat meletakkan dimana kisah yang klimaks, anti klimaks, kisah sedih maupun kegembiraan.
Dari segi majas, tiap bait memiliki majas yang tidak biasa namun majas yang mengandung unsur luar biasa. Kemudian, dari kisah fiksi yang dibuatnya, jika penulis biasa pastinya bakalan sulit menuliskan kisah yang mengandung berbagai kisah luar biasa seperti ini. Andrea membuat kisahnya dengan menggabungkan kejadian sehari-hari dengan ilmu pengetahuan seperti yang sering dilakukan salah satu tokoh laskar pelangi yaitu Lintang, lalu tokoh yang gila akan seni dari Mahar. Kejadian sedih yang sangat menyentuh hati seperti meninggalnya ayah Lintang yang berdampak buruk pada Lintang karena terpaksa harus menghentikan sekolahnya dengan alasan harus mengurus adik-adiknya. Lalu kita dibuat kembali kagum dan terharu dengan prestasi yang mereka buat seperti saat lomba cerdas cermat dan lomba seni.
Novel-novel selanjutnya seperti Sang Pemimpi, Edensor dan Maryamah Karpov hampir memiliki kisah-kisah dan kejadian-kejadian yang serupa dengan laskar pelangi. Novel Edensor merupakan novel yang paling tipis di antara 3 novel lainnya dan disini mulai menunjukkan keseruan dalam berpetualang ke berbagai negara.
Namun untuk Novel maryamah karpov, saya agak sedikit tidak menyukai kisah-kisahnya. Ceritanya tetap bagus masih dengan mengandalkan alur maju mundurnya, namun di pertengahan novel sudah mulai mengandung unsur khayalan tidak seperti novel-novel sebelumnya. Misalnya saja saat mereka mengangkat sebuah kapal besar dari dasar sungai lalu saat pergi ke suatu pulau untuk menyelamatkan A Ling.
AHMAD FUADI
Pemuda asli Sumatera Barat yang sekarang berumur 40 tahun ini tidak hanya seorang novelis, melainkan pekerja sosial dan juga sempat berprofesi menjadi seorang wartaman yang mengatasnamakan Indonesia. Novel pertamanya adalah novel Negeri 5 Menara yang merupakan buku pertama dari trilogi novelnya. Karya fiksinya dinilai dapat menumbuhkan semangat untuk berprestasi. Novel Negeri 5 Menara sangat pas untuk dibaca oleh semua kalangan terutama yang masih bersekolah. Semangat yang diberikan Fuadi melalui cerita sangat menginspirasi untuk diwujudkan dalam kehidupan sehari-hari.
Kejadian sehari-hari dari novel ini sangat terlihat dalam kehidupan mereka selama di pesantren. Pengurutan kisah-kisah dalam cerita Negeri 5 Menara bisa dibilang sangat simpel. Fuadi lebih banyak menggunakan alur maju dari pada alur maju mundur sehingga pembaca dengan mudah mengikuti alur ceritanya.
Namun hubungan antara novel satu dan kedua menurut saya ada yang kurang. Sebab, saat di Novel Negeri 5 Menara, disitu dikatakan bahwa Man Jadda Wajadda merupakan satu-satunya kalimat mantra yang paling manjur untuk para santri, satu-satunya. Namun di Novel kedua ternyata dikatakan bahwa Alif teringat mantra kedua yang diajarkan di Pondok Madani: ”man shabara zhafira’. Siapa yang bersabar akan beruntung. Berarti disitu agak sedikit ada unsur yang dibuat secara tiba-tiba.
Namun, kisah dari Ranah 3 Warna dan Rantau 1 Muara memang sangat luar biasa. Fuadi tetap memfokuskan kepada para pembaca dengan membuat cerita yang simpel namun penuh dengan petualangan. Seperti Novel Rantau 1 Muara, di saat krisisi ekonomi yang melanda Indonesia, lalu tidak kalah mendebarkannya saat terjadi tragedi 11 September 2001 di New York. Dan tidak ketinggalan dengaan mantra ketiga yaitu man saara ala darbi washala” (siapa yang berjalan di jalannya akan sampai di tujuan) menuntun pencarian misi hidup Alif.
Walaupun tergolong masih baru terbit, novelnya sudah masuk dalam jajaran best seller tahun 2009. Kemudian meraih Anugerah Pembaca Indonesia 2010dan tahun yang sama juga masuk nominasi Khatulistiwa Literary Award, sehingga PTS Litera, salah satu penerbit di negeri jiran Malaysiatertarik menerbitkan di negaranya dalam versi bahasa melayu. Novel keduanya yang merupakan trilogi dari Negeri 5 Menara, Ranah 3 Warna telah diterbitkan sejak 23 Januari 2011dan novel pamungkas dari trilogi ini, Rantau 1 Muara, diluncurkan di Washington DC secara simbolis bulan Mei 2013.